08 Mei 2009

Cobaan Anak Cacat

Di suatu kota ada anak bernama Lina.Lina baik hati,tetapi dia lahir tidak sempurna,Lina sangat rajin dan ramah.Lina di buat tidak adil oleh ibu dan kakak tirinya.Lina sekolah,Lina sangat pandai.Papa dan kakak kandungnya yang bernama kak Lukaman sangat menyayanginya,berbeda sekali dengan bu Indri dan kak Sarah,tetapi Lina sangat menghormati dan menyayangi ibu dan kakak tirinya.
Bu Indri dan kak Sarah memperlakukan Lina tidak baik pada saat papa Lina di kantor,apabila papa Lina di rumah Lina di sayang dan dimanja-manja oleh ibu dan kakak tirinnya itu.Pada suatu hari Lina sedang membersihkan almari kaca yang berisi piring kristal koleksi ibu Indri,Lina dengan tidak sengaja menyenggol salah satu piring itu,akhirnnya piringnya pecah.Ibu Indri sangat marah,dikurunglah Lina didalam gudang belakang.Pada saat Lina dikurung,Lina menggambar papa,bu Indri,kak Sarah dan kak Lukman dan menulis sepercik cerita tentang kehidupannya.
Pada saat papa dan kak Lukman pulang dari kantor,Lina dikeluarkan dari gudang,tanpa sepengetahuan papannya.kak Lukman sangat menyayangi Lina.Pada saat papanya ke kantor Lina dikucilkan oleh ibu dan kakak tirinya.Pada suatu ketika saat Lina dijemput ibu dan kak Sarah,Lina diajak belanja di supermarket.Lina ingin bermain mandi bola,ibunnya memesan tiket untuk sampai malam.Karena keasyikannya Lina tidak menyadari kalau ibu dan kakaknya meninggalkannya.Malampun tiba,ia ditanya pengelola wahana permainan itu:
Pengelola bertanya"adik manis mana ibu kamu"Lina kebingungan dan ketakutan ia langsung pergi.
Lina menyelusuri perjalanan di tengah dinginnya malam.Lina tidak tahu jalan rumahnya. Di rumah mewah milik papa Lina,bu Indri dan kak Sarah merayakan keberhasilannya.Papa Lina menanyakan keberadaan Lina.Bu Indri pura-pura menangisi hilangnya Lina. Papa Lina menjemput kak Lukman di sekolahan.Mereka bersama-sama mencari Lina.
Setelah perjalanan yang cukup jauh Lina beristirahat di sebuah masjid. Lina berdoa,menceritakan isi hatinya.Sesudahnya Lina duduk merenung di depan masjid itu. Tiabalah kakek tua yang menanyainya, kakek itu menanyakan, "Anak manis, siapa namamu?" Lina tidak menjawabnya. Setelah beberapa saat Lina diajak ke rumah kakek itu.
Tibalah Lina di rumah kakek itu. Kakek itu mengetuk pintu rumahnya, ia berkata, "Bu, Ibu." Ibu itu menjawab, "Sebentar, Pak." Ibu itu menegur suaminya, "Yah, Bapak, bukannya bawa uang, eh, malah bawa anak." Lina disuruh masuk oleh kakek itu. Kakek dan istrinya itu berbincang-bincang. Ibu itu bertanya kepada kakek, "Untuk apa anak cacat itu dibawa ke sini?"
"Tentu saja untuk dimanfaatkan jadi pengamen," jawab kakek itu.
Pagi pun menyinari. Istri kakek itu marah-marah, "Anak cacat itu lho, Pak, pagi begini belum bangun." Lina mendengar pertengkaran kakek dan istrinya. Lina diberi pakaian kotor untuk dipakai dan pipinya diolesi tanah. Lina menjadi pengamen jalanan.
Akhir pencarian papa Lina dan kak Lukman yang mencari Lina tidak ada hasilnya. Hingga pada saat papa Lina berhenti di mesjid, ia berdoa. Selesai berdoa papa Lina bertanya pada pengurus mesjid itu sambil menunjukkan foto Lina, "Maaf, Pak. Apa Bapak pernah melihat anak saya?"
"Ya, kemarin sore saya melihat anak ini," jawab pengurus mesjid.
"Di mana dia, Pak?"
"Anak itu dibawa oleh kakek-kakek, saya kira itu kakeknya."
Papa Lina pulang dengan tubuh yang lemas. Pagi harinya pun mereka masih mencari Lina. Sekarang giliran papa Lina dan kak Lukman, mereka pun tidak berhasil menemukan Lina. Bu Indri dan kak Sarah berpura-pura mencemaskan Lina. Papa Lina sempat putus asa, ia melihat gambar dan sepercik cerita di gudang. Sekarang papa Lina tahu bahwa bu Indri sengaja meninggalkan Lina di supermarket. Bu Indri diusir oleh suaminya, dan sadar kemudian mencari Lina. Bu Indri melihat Lina di pinggir jalan. Bu Indri meminta maaf kepada Lina. Lina memaafkan Bu Indri. Lina sangat menyayangi keluarganya. Bu Indri berhasil membawa Lina pulang. Suaminya sangat gembira dan memaafkan Bu Indri. Lina sangat gembira, keluarga itu pun bahagia.

(Karya: Dwi Suntia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar