08 Mei 2009

Katakanlah Padaku

Katakanlah padaku.....
Seperti air yang mengalir dihatiku
Kau berikan ku keindahan
Bolehkah aku merasakannya

Wahai dirimu.....
Akan ku ingat kau selalu
Ku ingin kau tetap disisiku
Kau adalah harapanku
Jangan hilangkan kepercayaanku

Karya: Nila Fitriana

Sahabat

Detik-detik terus berjalan
Menitpun ikut berjalan
Hari demi hari berganti
Kitapun tak pernah berjumpa

Jalan hidup ini
memang sulit
Penuh dengan teka-teki
Aku ingin berjumpa lagi

Tahun ke tahun
Kita terpisah
Bagaikan pungguk
merindukan rembulan

Sahabat.....
Kenapa kau begini
Tiada angin tiada hujan
Kau memutuskan persahabatan kita

Karya : Bekti Suratmanto

I Love You Mama

Inikah takdir hidupku

Lembar-lembar kesedihan
Orang-orang beramai-ramai
Variasi kebanggaan bunda
Evaluasi mama tercinta

Untukmu mama.....
kasih sayangmu bagaikan bunga mekar

Mama... ku kan s'lalu menyayangimu
Aku tak ingin terpisah dengan rembulan
Malangnya nasib bagaikan kepompong
Aku sayang mama... Terima kasih mama

Karya Bekti Suratmanto

Cobaan Anak Cacat

Di suatu kota ada anak bernama Lina.Lina baik hati,tetapi dia lahir tidak sempurna,Lina sangat rajin dan ramah.Lina di buat tidak adil oleh ibu dan kakak tirinya.Lina sekolah,Lina sangat pandai.Papa dan kakak kandungnya yang bernama kak Lukaman sangat menyayanginya,berbeda sekali dengan bu Indri dan kak Sarah,tetapi Lina sangat menghormati dan menyayangi ibu dan kakak tirinya.
Bu Indri dan kak Sarah memperlakukan Lina tidak baik pada saat papa Lina di kantor,apabila papa Lina di rumah Lina di sayang dan dimanja-manja oleh ibu dan kakak tirinnya itu.Pada suatu hari Lina sedang membersihkan almari kaca yang berisi piring kristal koleksi ibu Indri,Lina dengan tidak sengaja menyenggol salah satu piring itu,akhirnnya piringnya pecah.Ibu Indri sangat marah,dikurunglah Lina didalam gudang belakang.Pada saat Lina dikurung,Lina menggambar papa,bu Indri,kak Sarah dan kak Lukman dan menulis sepercik cerita tentang kehidupannya.
Pada saat papa dan kak Lukman pulang dari kantor,Lina dikeluarkan dari gudang,tanpa sepengetahuan papannya.kak Lukman sangat menyayangi Lina.Pada saat papanya ke kantor Lina dikucilkan oleh ibu dan kakak tirinya.Pada suatu ketika saat Lina dijemput ibu dan kak Sarah,Lina diajak belanja di supermarket.Lina ingin bermain mandi bola,ibunnya memesan tiket untuk sampai malam.Karena keasyikannya Lina tidak menyadari kalau ibu dan kakaknya meninggalkannya.Malampun tiba,ia ditanya pengelola wahana permainan itu:
Pengelola bertanya"adik manis mana ibu kamu"Lina kebingungan dan ketakutan ia langsung pergi.
Lina menyelusuri perjalanan di tengah dinginnya malam.Lina tidak tahu jalan rumahnya. Di rumah mewah milik papa Lina,bu Indri dan kak Sarah merayakan keberhasilannya.Papa Lina menanyakan keberadaan Lina.Bu Indri pura-pura menangisi hilangnya Lina. Papa Lina menjemput kak Lukman di sekolahan.Mereka bersama-sama mencari Lina.
Setelah perjalanan yang cukup jauh Lina beristirahat di sebuah masjid. Lina berdoa,menceritakan isi hatinya.Sesudahnya Lina duduk merenung di depan masjid itu. Tiabalah kakek tua yang menanyainya, kakek itu menanyakan, "Anak manis, siapa namamu?" Lina tidak menjawabnya. Setelah beberapa saat Lina diajak ke rumah kakek itu.
Tibalah Lina di rumah kakek itu. Kakek itu mengetuk pintu rumahnya, ia berkata, "Bu, Ibu." Ibu itu menjawab, "Sebentar, Pak." Ibu itu menegur suaminya, "Yah, Bapak, bukannya bawa uang, eh, malah bawa anak." Lina disuruh masuk oleh kakek itu. Kakek dan istrinya itu berbincang-bincang. Ibu itu bertanya kepada kakek, "Untuk apa anak cacat itu dibawa ke sini?"
"Tentu saja untuk dimanfaatkan jadi pengamen," jawab kakek itu.
Pagi pun menyinari. Istri kakek itu marah-marah, "Anak cacat itu lho, Pak, pagi begini belum bangun." Lina mendengar pertengkaran kakek dan istrinya. Lina diberi pakaian kotor untuk dipakai dan pipinya diolesi tanah. Lina menjadi pengamen jalanan.
Akhir pencarian papa Lina dan kak Lukman yang mencari Lina tidak ada hasilnya. Hingga pada saat papa Lina berhenti di mesjid, ia berdoa. Selesai berdoa papa Lina bertanya pada pengurus mesjid itu sambil menunjukkan foto Lina, "Maaf, Pak. Apa Bapak pernah melihat anak saya?"
"Ya, kemarin sore saya melihat anak ini," jawab pengurus mesjid.
"Di mana dia, Pak?"
"Anak itu dibawa oleh kakek-kakek, saya kira itu kakeknya."
Papa Lina pulang dengan tubuh yang lemas. Pagi harinya pun mereka masih mencari Lina. Sekarang giliran papa Lina dan kak Lukman, mereka pun tidak berhasil menemukan Lina. Bu Indri dan kak Sarah berpura-pura mencemaskan Lina. Papa Lina sempat putus asa, ia melihat gambar dan sepercik cerita di gudang. Sekarang papa Lina tahu bahwa bu Indri sengaja meninggalkan Lina di supermarket. Bu Indri diusir oleh suaminya, dan sadar kemudian mencari Lina. Bu Indri melihat Lina di pinggir jalan. Bu Indri meminta maaf kepada Lina. Lina memaafkan Bu Indri. Lina sangat menyayangi keluarganya. Bu Indri berhasil membawa Lina pulang. Suaminya sangat gembira dan memaafkan Bu Indri. Lina sangat gembira, keluarga itu pun bahagia.

(Karya: Dwi Suntia


02 Mei 2009

Susahnya Membantu Orang Tua

Saya tidak suka dalam hal bekerja keras. Betapa susahnya bekeja keras. Sebenarnya saya sangat terharu jika melihat orang tua saya sedang bekerja. Saya ingin membantu tetapi kenapa saya tidak suka bekerja keras? Seandainya saya menjadi orang tua apa yang harus saya kerjakan? Saya menjadi anak hanya selalu mengeluh, padahal susahnya orang tua mencari uang untuk membiayai sekolah. Maafkanlah kesalahan saya, orang tuaku. Saya tidak akan mengulangi kembali.
Apakah saya bisa menjalani itu semua sampai besar nanti? Semua orang juga akan merasakan semua itu. Semoga saja saya bisa menjalankan dengan ikhlas dan semua kegagalan awal dari keberhasilan. Hal yang sangat saya tidak suka hanyalah mencangkul. Pekerjaaan itu membuat badan menjadi pegal-pegal. Namun hal yang baik adalah siapa saja yang mendapat pekerjaan yang keras tetapi dinikmati dengan bersyukur dan ikhlas. Saya mempunyai semangat untuk mewujudkan cita-cita saya dan saya berpesan kepada semua orang yang lebih mampu jangan lupakan orang tidak mampu berilah bantuan seikhlas-ikhlasnya.

(Coretan: Amidhan)

Kunang-kunang

Kulihat kunang-kunang di malam yang sunyi,sinarnya terang bagai rembulan,cahayanya menerangiku dalam kegelapan,tubuhnya yang kecil tapi mempesona.
[WIDI]

Bencana di Tanah Pertiwi

Hancurkan Tanah Pertiwi yang indah
Terbangkan Semua kesenangan yang indah
Bangunkan derita pada semua
Perkenalkan semua kesedihan pada ku
Jangan kau Teruskan semua ini

Tangis terdengar dimana-mana
Reruntuhan berjatuhan
Indah dunia kau terbangkan
Oh Tuhan ...........
jauhkan semua ini dariku

( TRI TANIARTI N.M.)

Awan

Kutatap segenap pena hidup ku
Dari sudut -sudut hariku
Tapi tak terlihat dekat waktuku
Berjalan dengan langkah kecilku
Yang tak pernah ter tuju

Ketika ku berhenti
Kupandangi kehidupan ini
Tak satupun ku bersandar
Sampai aku pun tak sadar

Hidup bagaikan pertunjukan wayang
Yang berisikan kebohongan
Andai ku seperti awan
Hingga begitu bebas terbang melayang
(ALFA SANAH)